Perbedaan utama bahan cotton combed terletak pada kerapatan benang jahitannya. Semakin tinggi angka sebelum huruf 's', semakin tipis kainnya
Evolusi kapas sebagai bahan pakaian dimulai sejak 5.000 tahun lalu di Lembah Nil, Mesir. Bangsa Mesir adalah bangsa pertama yang memanfaatkan kapas sebagai bahan pakaian. Baru pada tahun 1556, tanaman kapas mulai ditanam di Florida, Amerika Serikat. Selama puluhan tahun, popularitas kapas di Amerika Serikat kian merebak, namun proses pemintalannya sampai menjadi bahan pakaian tetaplah sama.
Sampai pada tahun 1902, pria berkebangsaan Inggris bernama John William berhasil mematenkan dan menyempurnakan mesin penyisir kapas, yang merupakan peningkatan dari mesin Heilmann. Mesin inilah yang akan menghasilkan cikal bakal katun combed.
Bahan cotton combed merupakan bahan kaos yang paling popular, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, tahukah Anda jika bahan ini bermacam-macam jenisnya? Masing-masing memiliki ciri khas yang dapat Anda rasakan ketika mengenakannya. Bagi Anda yang ingin lebih mengenal katun combed atau kebingungan memilih jenis katun combed yang beredar di pasaran, simaklah penjelasan berikut ini untuk menambah wawasan mengenai katun combed.
Cotton combed secara harfiah berarti kapas yang disisir (combed). Bahan ini merupakan jenis katun yang sangat lembut, sebab sebelum dipintal menjadi benang, serat kapasnya harus melalui proses penyisiran. Hal ini membuat harga katun combed sedikit lebih mahal daripada katun biasa.
Proses pembuatannya dimulai dari dengan memisahkan kapas dari kotoran dan bijinya melalui proses carding atau penyikatan. Biji kapas sendiri bisa ditanam kembali atau dijadikan cottonseed oil, yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak goreng, bahkan produk perawatan kulit. Proses penyikatan membuat serat kapas lebih bersih, namun teksturnya masih kasar dan tidak beraturan.
Setelah disikat, serat kapas akan disisir menggunakan mesin combing dengan sikat yang lebih halus dan rapat untuk menarik sisa kotoran yang menempel dan serat kapas yang terlalu pendek. Seperempat volume kapas biasanya akan menyusut setelah proses combing. Hasil akhirnya berupa gulungan serat kapas yang panjang dan lurus, serta lebih sejajar dan rapi. Kemudian, gulungan kapas akan dipintal menjadi benang katun combed.
Seluruh proses tersebut membuat katun combed sangat halus sehingga terasa nyaman saat bersentuhan dengan kulit. Bahan ini memiliki daya serap tinggi yang membuatnya terasa sejuk, namun tidak berbulu sehingga tidak menyebabkan rasa gatal. Sifatnya pun hypoallergenic karena terbuat dari serat kapas alami. Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang lebih memilih menggunakan katun combed sebagai bahan baku utama kaos, kaos kaki, kaos seragam, kaos polo, bahkan sprei.
Di Indonesia, produksi kapas terbaik berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Kapas Sumba menghasilkan benang berkualitas yang tidak mudah putus, mudah disisir, halus, bersih, dan lemas. Karena itulah, selain menjadi komoditas untuk bahan baku produk tekstil di seluruh penjuru Indonesia, kapas Sumba juga sangat diminati oleh pembeli dari negara lain, seperti Singapura, Australia, dan Prancis.
Salah satu hasil akhir produk tekstil adalah kaos. Di negara beriklim tropis seperti Indonesia, vendor kaos biasanya menggunakan katun combed sebagai bahan utama kaosnya. Jenis-jenis katun combed yang umumnya tertera pada kolom spesifikasi kaos di antaranya bahan katun combed 30s, 24s, dan 20s. Angka menandakan kerapatan benang jahitan, sedangkan huruf S merupakan jenis rajutannya, yaitu single-knit atau rajutan tunggal. Spesifikasi inilah yang akan membedakan produk-produk vendor atau pabrikan kaos.
Di samping kerapatan dan rajutannya, apa lagi perbedaan cotton combed 24s dan 30s, serta cotton combed 20s? Bagi Anda yang sedang kebingungan memilih bahan cotton combed, simaklah penjelasan yang sudah kami rangkum berikut ini.
Di antara ketiga jenis katun yang akan dibahas, bahan katun combed 20s adalah yang paling tebal. Gramasi atau ketebalannya sekitar 180-220 gr/m2. Ketahanan bahan ini diklaim sebagai yang paling kuat dengan daya serap keringat yang lebih tinggi.
Spesifikasi tersebut menjadikan bahan katun combed 20s memberikan feel yang hangat jika dipakai di daerah dingin atau dataran tinggi. Di samping itu, harganya pun dipatok lebih mahal daripada kedua jenis katun combed lainnya.
Dari segi ketebalan, bahan katun combed 24s berada di antara kedua bahan lainnya, yaitu sekitar 170-210 gr/m2. Artinya, bahan ini sedikit lebih tipis daripada katun combed 20s, namun tetap terasa nyaman dan sejuk, terutama untuk dipakai di daerah bercuaca panas.
Harga bahan katun combed 24s lebih murah daripada 20s, bahkan setara dan sering kali lebih murah dari bahan katun combed 30s. Namun distribusi bahan katun combed 24s ini tidak seluas dua bahan lainnya sehingga bahan ini agak sulit ditemukan.
Jenis katun combed yang terakhir ini adalah yang paling tipis sebab ketebalannya hanya sekitar 140-160gr/m2. Namun bahan katun combed 30s merupakan jenis katun yang paling banyak digunakan oleh vendor kaos dan digandrungi oleh customer.
Karena lebih ringan, bahan ini terasa lebih sejuk di bawah cuaca yang sedang panas-panasnya. Bahan katun combed 30s ini pun sangat lentur dan lemas, sehingga tetap bisa menyerap keringat dengan optimal.
Setelah mengetahui jenis katun combed, Anda pasti penasaran dengan cara merawatnya, apalagi jika kaos kesukaan Anda bahannya katun combed. Meskipun kuat, katun combed cukup ringkih jika cara perawatannya kurang tepat.
Sebenarnya, perawatan katun combed kurang lebih sama seperti bahan katun biasa. Katun combed dapat dicuci dan dikeringkan pada suhu berapa saja. Namun, yang perlu diperhatikan adalah warna dan sablonnya. Warna kaos mungkin luntur jika dicuci atau dikeringkan di dalam mesin dengan suhu yang sangat panas, sama halnya dengan sablon yang akan luruh atau saling menempel jika terkena suhu panas.